Sejarah Hidup Buyut Mangkit ( Ningrum Kusumah )
Ada seorang wanita dan seorang laki – laki di daerah cirebon. Mereka
berangkat mengembara yang tak tau tujuan entah kemana. Pada suatu hari sampai
di suatu Desa yaitu desa kubang dan tidak lama lagi datang juga seorang laki –
laki ke desa yang sama, sudah ada di desa yang sama mereka bertemu, tidak lama
kemudian mereka saling mencintai dan tiada lama menikah,
setelah itu dikaruniai seorang putra
bernama Durita, tidak lama lagi melahirkan kembali anak kedua dan diberi nama
Warsa, kurang lebih tiga tahun melahirkan putri yang cantik, sedang kembang
karang ibunya bilang,,Na kamu jangan hidup lanjang, kalau kamu hidup lanjang
maka patara pejabat akan memperebutkan kamu,dan selang beberapa tahun
meninggal.
Setelah meninggal putrinya melahirkan lagi dan diberi nama Raki. Di waktu
menyusui anak yang bernama Raki Bapak mangkitnya mempunyai istri lagi ke orang
jetak yang turunan kebawahnya indung kiwit. Indung kiwit punya anak tiga yaitu
:
1.
Nesah
2.
Tarsim
( Aripudin )
3.
Suharja
U.K
yang menjadi direktur di SMP uhammadiah di Rancah,
selanjutnya pindah ke Kuningan sebagai
kepala sekolah SMP
suatu hari ni mangkit numbuk padi karena tak kedengaran, maka dilihat oleh
anaknya, tumbukan padinya dimakan ayam, ayamnya dihalau dan anaknya masuk lagi
kerumah. Jelang beberapa menit kedengaran lagi yang numbuk padi langsung
anaknya keluar lagi dan bilang pada ibunya “ ibu tadi kemana ? “, ni mangkit
bilang “ ibu pulang dari cirebon”
diwaktu menyusui raki, ni mangkit merasa sakit hati, dia pergi ke betawi,
di betawi dia dagang cendol, gado, gorengan, bikin warung di pinggir jalan. Ni
mangkit pulang kalau sudah waktunya menyusui anaknya,dan jika sudah kenyang
maka kembali lagi ke betawi. Namun kejadian ini tidak diketahui oleh suami dan
anaknya yang besar. Disangkanya ni mangkit pergi begitu saja dan menelantarkan
anaknya yang masih kecil.
Pada suatu waktu Pa Mangkit bicara pada anaknya Warsa dan Durita, carilah
ibumu, ibumu ada di betawi, maka pada suatu hari warsa dan durita pergi ke
betawi dengan berjalan kaki, setibanya di betawi di carinya kesana kemari namun
tidak ditemukan. Karena merasa lelah Warsa dan Durita istirahat di warung yang
ada di pinggir jalan yang dipakai dagang oleh ibunya,tapi anehnya Warsa dan
Durita tidak mengetahui kalau yang dagang itu adalah ibu kandungnya sendiri.
Setelah Warsa dan Durita selesai makan, situkang warung bertanya, Nak kamu
mau kemana? Warsa dan Durita menjawab, saya mencari ibu saya, kata bapak saya
ibuku pergi ke betawi, namun sudah beberapa haridicari belum ketemu juga,
kemudian si tukang warung bilang, sudahlah nak ibumu jangan dicari sekarang
pulanglah nanti juga ibumu sudah ada di rumah.Selanjutnya warsa dan durita mau
bayar jajanan yang dimakan, tapi si tukang warung tidak mau menerimanya.
Warsa dan Durita kemudian pamitan mau melanjutkan perjalanannya lagi sesuai
petunjuk si tukang warung yaitu kampung halaman. Mereka di bekali makanan dan
uang oleh si pemilik warung, setibanya di rumah ibunya itu sudah ada dan
bertanya pada mereka, Warsa Durita kamu pergi kemana saja? Warsa menjawab, saya dan adik mencari ibu ke
betawi, tapi tidak ketemu. Ibunya berkata
apa tidak di ketahui bahwa yang daganag dan memberi bekal itu adalah
ibumu? Mereka menjawab tidak bu,,,
Kemudian pusat pemerintaha desa ke puncak lengkong agung, selang beberapa
tahun pusat pemerintahan desa dipindahkan lagi ke lokasi yang sekarang dan
diberi nama Cisontrol
Selanjutnya buyut mangkit meninggal dan dimakamkan
di dekat SD VI Cisontrol. Begitu pula bapak mangkait meninggal dan dimakamkan
ki gunung jetak,,,,,,
Kisah ini di tulis oleh sahwa
Komentar
Posting Komentar